Minggu, 23 Oktober 2011

Musik Bambu "Go Internasional"

Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar Sapta Nirwandar dengan topeng dari bambu [SP/Hendro Situmorang] Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar

   [JAKARTA] Republic Entertainment dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) kembali menggelar Bambu Nusantara World Music Festival. Festival yang tahun ini untuk kali kelima itu akan menampilkan kelompok muda berbakat di bidang musik bambu, sebagai generasi penerus kalangan senior yang sudah masuk ke ranah internasional.
      Selama dua hari pada 1-2 Oktober 2011 di Sasana Budaya Ganesha Bandung, Jawa Barat, pagelaran musik bambu akan menampilkan seniman dan musisi musik bambu kontemporer handal dan kreatif dari Indonesia dan mancanegara.
     Mereka adalah Sawung Jabo, Dwiki Dharmawan, Balawan & Gamelan Maestro Project, Wallaki (Australia, Chili, dan Indonesia), Rafli Wa Saja, Samba Sunda, serta Europe in De Tropen. Lalu ada 15 kelompok  indigenous di antaranya Melodi Manis, Sora Awi & Anggrek (Japan), Angklung SMAN 2, SMAN 8, SMAN 44, SMPN 2,  Komunitas Hong, serta wakil Provinsi Jateng, Jambi, Jatim, Kalteng, dan Banten.
       Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar Sapta Nirwandar mengatakan, pagelaran Bambu Nusantara World Musik Festival kelima ini akan menjadi titik awal dari regerasi pengisi acara, karena  lebih banyak diisi oleh kelompok muda bertalenta di bidang musik bambu.  
     "Target pengunjung pegelaran adalah kaum muda. Untuk ini kita akan banyak menampilkan kelompok musik bambu kaum muda. Event ini digelar sebagai media untuk mempromosikan kekayaan seni budaya Indonesia ke dunia internasional," kata Sapta Nirwandar dalam jumpa penyelenggaraan festival di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Selasa (27/9).
      Perhelatan Bambu Nusantara World Music Festival juga dimeriahkan dengan kegiatan workshop tentang Biola Bambu Abah Dasep, wayang bambu, angklung TRA-digi, hasil desain produk Itenas, karya seni bambu dari Fakultas Seni Rupa & Desain Institut Teknologi Bandung, serta pameran, seminar, kuliner, merchandise, live streaming, dan eco fashion dengan menampilkan karya seni bambu dari Bengkel Kostum STSI Bandung.
Dalam acara pembukaan akan ditampilkan musik karinding yang dimainkan secara massal. Musik tradisional masyarakat Bandung yang sudah langka ini kini  dihidupkan kembali di kalangan generasi muda Bandung. Musik bambu sebagai musik universal diarahkan untuk menjadi soft power dalam mempromosikan pariwisata Indonesia ke mancanegara dikemas dalam pertunjukan indoor dengan 3 panggung yang berbeda. Pagelaran musik akan menggunakan panggung  utama dengan dikenakan tiket, sedangkan dua panggung lainnya tetap gratis. Perubahan penataan panggung ini sebagai langkah awal untuk menjaring segmen baru penonton yang memang berminat menikmati musik bambu kelas dunia.
     ”Alat musik bambu di tangan para pemusik berbakat mudah dimainkan dan enak untuk berkolaborasi dengan musik kontemporer seperti jazz, rap, rock, maupun disc jokey (DJ), sehingga digemari oleh semua lapisan masyarakat terutama generasi muda,” tutup dia. [H-15]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar